Jilbab Putri
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ
We have certainly created man in the best of stature.
“Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
Putri menghentikan bacaan Al-qur’annya ketika selesai membaca ayat itu, Surah At-tin ayat 4. Putri yang tengah membacanya di kamar pribadinya, bukan di masjid, apalagi di pesantren, tidak. Ia bukan salah satu dari ribuan santri yang beruntung tinggal di pesantren, sebetulnya ia sangat menginginkan, tapi karena orang tuanya yang tak mengizinkannya, bukan karena biaya, bahkan perusahaan orang tuanya sudah terkenal di kotanya, entah mengapa, orang tuanya sangat tak ingin Putri belajar di pesantren dan lebih memilih sekolah Favorit.
“Apa maksud dari ayat ini yah?, andai aku belajar di pesantren, mungkin aku akan tahu” Putri membatin.
Ia tak terlalu pandai membaca al-Qur’an, modalnya hanya ketika waktu SD ia sering ngaji sore di madrasaha itupun jika taka da jadwal les matematika. Ia tak terlalu dikhususkan belajar agama, orang tuanya lebih konsen agar putri mempelajari Ilmu-ilmu terapan, Eksak, Kimia, biologi, fisika, matematika atau apalah itu. Sebab mereka yakin, dengan itulah ia bias meraup dunia agar kehidupan anaknya nanti sejahtera dan Bahagia. Bacaan putri memang tak indah, tidak juga lancer. Tapi ia sangat rajin dan tekun membaca Al-qur’an, walau demikian jika tanpa guru yang mengajari belum tentu bias lancer, belum tentu bias fasih. Karena membaca dengan benar, perlu bimbingan tidak bias jika hanya mengandal kemampuan diri sendiri tanpa ilmunya.
Putri menandai ayat itu. Ia meraih stabilo dari kantong tasnya di meja. Segera menandai ayat tersebut agar nanti ketika bertemu orang yang tahu, akan ia tanyakan maksud dari ayat itu. Ia tak paham masalah tafsir, masalah asbabun nuzul, atau apalah tentang Al-qur’an lebih dalam. Tapi yang membuat dirinya menyukai bacaan Al-qur’an adalah, karena ia pernah membaca sebuah buku yang mengungkap bahawasanya di dalam Al-qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang SAINS, teori Big bang, fenomena alam, siang dan malam dan masih banyak lainnya. Ia jadi penasaran, ia lantas membeli qur’an terjemah mencoba belajar membaca arabnya dan artinya.
***
Di kampusnya, Universitas Indonesia (UI). Sebuah kampus terbaik di Indonesia, ia masuk atas perintah ayahnya, mengambil jurusan Pendidikan kimia. Putri menyelsaikan kuliahnya selama 7 semester dengan baik. Sekarang tahun terakhir semester 8, ia tengah menyelesaikan skripsinya agar segera menyandang gelar sarjana.
“Mel, rambut gua panas ni. Anter gua ke salon yu” Ucap Putri kepada temanya, Melda.
“Ah, elu. Baru aja gua buka laptop mau lanjutin buat skripsi. Ganggu aja, ya udah ayo. Syaratnya Elu harus jajanin gua Bobba. Di jalan Sudirman yang mahal itu. Sepakat?” Cerenges Melda
“Yaelah, Iya gampang itumah. Ayo cepet”
Gaya hidup Putri sebetulnya tidak terlalu mewah, hanya saja itu hal yang ideal dan wajar jika untuk ukuran seorang anak pengusaha. Pergi ke salon, Traveling, nge-date, dan sebagainya. Pacarnya udah beberapa kali ganti, baru saja ia putusin pacarnya karena selingkuh. Putri gak mau piker Panjang, ia langsung ambil keputusan bijak. Ia putusin pacarnya yang selingkuh itu. Putri tak berkerudung, berlerudungpun hanya pada acara -acara tertentu saja, lebaran, halal bi halal keluarganya, atau apalah jika ada acara – acara yang sifatnya islami dan religi, baru ia kenakan kerudung, itupun hanya kerudung yang potonganya pendek. Kini ia sendiri, alias harus menjomblo. Tapi ia happy meski tak lagi ada kekasih yang menemaninya. Ia bias lebih focus kuliah.
“Makasih, Mel udah nemenin Gua” Celetuk Putri
“Eh, jangan pura-pura lupa lu ya, Boba dulu mana boba” Melda menagih janji
“Iyah iyah, Ayo”
Putri menyetir mobil, Melda di sampingnya mereka tengah menuju penjual bobba yang diinginkan Melda. Melda tengah memainkan gedgetnya, seperti kebiasaan pada umumnya, melihat story, balas WA, buka Instagram, twitter agar tak ketinggalan informasi. Sekejap layar handphone Melda muncul gambar lelaki tampan, temanya.
“Eh, eh siapa itu, mel. Ganteng banget” Cetus Putri.
“Dia Iqbal, Put. Anak Ekonomi Syariah”
“Kenalin dong” Pinta Putri
“Lu naksir ya”
“Ih Apaan si, gua Cuma pengen kenal doang”
“Gini aja, besok Lu ikut gua ke Café di jalan Mustofa.Dia sering nongkrong di sana, Put”
“Oke, deh. Tapi lu yang ngomong oke. Bantuin deh”
“Beres, Bobbanya tpi besok dua ya, lumayan buat di rumah satunya”
“Ishhh, iya iya. Beres”
Esoknya mereka berdua datang ke Café itu. Benar saja, Iqbal tengah asyik nongkrong sendiri di sana. Putri pun salah tingkah, sesekali ia mencubit tangan Melda.
“Sumpah, ganteng banget Mel” Ucapnya.
Melda yang merupakan temannya mendekat, ia menyapa.
“Hai, Iqbal”
“Hai”
“Tumben sendiri”
“Lagi pengen sendiri aja” Jawabnya singkat.
“Eh, Elu tuh aslinya dari mana si? SMP sama SMA lu dmn?” Tanya Melda Basa basi.
“Aku gak SMP SMA. Aku setelah lulus sekolah dasar belajar di pesantren Lirboyo, Jombang Jawa Timur. Aku belajar 6 tahun di sana, sampai akhirnya sekarang aku kuliah di UI ini karena beasiswa”
Mendengar pengakuan Iqbal yang ternyata seorang santri Putri langsung merasa insecure. Hatinya perlahan jatuh begitu kerasnya. Raut mukanya terlihat pucat, cemberut.
“Eh, Aku harus pergi dulu ya. Ayah udah WA nih di suruh pulang, kapan-kapan kita ngobrol lagi yah. Assalamu’alaikum”
“Kumsalam”
“Wa..wa..wa’alaikumsalam” Jawab Putri tergagap.
Malam di kafe tersebut normal, sorot rembulan purnama menrangi malam setiap penikmatnya. Malam hari waktu istirahat, jeda dari aktivitas yang segala. Di kota-kota, malam hari biasanya ramai-ramainya, pusat kota, tempat-tempat usaha dibuka, hiburan, dan lainnya. Malam itu Bahagia bagi setiap yang menikmatinya, para santri di pondok tengah mengaji dengan kitab – kitab salafnya. Di rumah, keluarga tengah asyik menonton TV Bersama, menikmati indahnya kebersamaan keluarga. Di kafe, orang-orang tengah bersantai sekadar ngobrol basa-basi, tak jarang bicara peluang bisnis, usaha atau mungkin sudah malam masih ngobrol tugas kampus. Indah rasanya.Tapi, malam itu Putri pucat layu, malam seakan akan runtuh. Semangatnya bertemu pria itu surut setelah ia tahu siapa dirinya, ia semacam malu pada dirinya terhdapa pria itu, alias INSECURE.
“Mel, kayaknya gam mungkin deh” Ucap putri sambal meraih tangan Melda, temanya,
“Gak mungkin apanya?”
“Dia itu nyantri banget. Terlalu subhanalloh buat gue yang astaghfirullah” Ceplos Putri sambal bergurau. Putri melanjutkan “Mana mau dia sama gue, kerudungan aja gue kadang, udah zero akhlak, ya masa iya kali ida mau sama gue, mimpi deh kayaknya gue ini.” Terang Putri.
“Oh jadi lu naksir sama si Iqbal?” Pergok Melda, Putri tak kuasa mengungkapkan hal itu.
“Ups”
“Pulang yu ah, cape. Dah lupain, yu. Ayooo” Ucap putri sambal menarik tangan Melda untuk pulang.
***
M : Nak, Iqbal. Kamu udah dewasa, kamu udah mapan, kuliah kamu juga bentar lagi selesai. Mamah gak mau kamu lama – lama seperti ini
I : Mksd mmh?
M : Maksud Ibu, cepatlah menikah. Ibu ingin segera menggendong cucu, nak.
I : ’emot senyum’, ‘emot ketawa’, ‘emot sedih’
M : Ayo, nak. Ibu belum pernah mendengar kamu dekat sama perempuan manapun. Mulailah mencari nak.
I : Hhehe, iya ma.
Percakapan singkat di WA itu cukup mengagetkan Iqbal. Tapi wajar. Mamahnya gak tahu, selama ini sebetulnya Iqbal sudah pernah berhubungan dengan salah satu santriwati lulusan Gontor. Mahasiswi Kedokteran UIN Jakarta, ia Muslimah, hafidzah, dan calon dokter. Sepadanlah dengan Iqbal yang juga santri tulen pondok Lirboyo. Pengetahuan agamnya luas, kitab sudah ia lahap puluhan.Walau hafalan Al-qur’anya Cuma 15 Juz, tapi untuk ukuran pemuda pada umumnya itu sudah istimewa. Tapi hubungan keduanya kandas, setelah Iqbal mengetahui perempuanya itu terlihat memakai celana jeans, Memang cukup mengagetkan, tapi bukan berarti wanita bias terus istiqomah, sesekalilah mungkin ia khilaf, apalagi hidup di Jakarta yang serba glamour. Iqbal mengakhiri hubungan keduanya.
Selain itu, setelahnya juga ia punya hubungan dengan sanntriwati asal pondok daarunnajah. Ia mesantren sambal kuliah di kampus pesantren itu, semacam sekolah tinggi. Kelihatanya sholehah, jilbabnya Panjang, selalu pakai gamis. Ia termasuk santriwati unggulan, karena selalu mendapatkan nilai tertinggi di pondoknya. Tapi lagi-lagi hubunganya kandas, karena perempuan itu seringkali mendebat keputusan-keputusan Iqbal. Wanita itu merasa pintar dan berpengetahuan, wajar karena memang ilmu agamanya tinggi. Tapi Iqbal tak suka, walaupun dia berilmu tapi selalu mendebat. Mentang-mentangg pengetahuanya luas, tapi tetaplah cowo yang seharusnya mengambil keputusan. Lagi lagi Iqbal mengakhiri hubungan itu. Kini Iqbal sendiri, ia akan lebih hati-hati lagi dalam memilih calon pasangan hidupnya.
M : Bal
I : Ya
M : Lo liat tadi cwe yang sm gue d kafe
I : Iya
M : Dia naksir sama lo
I : wkwkwk
Selang beberapa lama Iqbal off. Bisa dibilang ia tak menghiraukan hal itu. Mungkin karena putri tak berkerudung, mungkin Iqbal tak sedikitpun tertarik pada Putri.
***
Besok ada acara peringatan Maulid di kampus. Putri memutuskan untuk berhijab untuk kali ini. Walaupun jilbabnya hanya jilbab pendek segi empat. Lalu mengenakan celana yang agak longgar, bukan jeans.
P : Mel, jemput gue. Gue males bawa mobil
M : Oke
Mereka tiba di kampus. Khusus hari special untuk umat islam ini, terlihat seluruh mahasiswa/I lebih islami. Memakai peci, memaki jilbab dan lainnya. Panggung megah sudah berdiri tegak di halaman kampus UI. Banner bertuliskan “Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW” tampak megah dan lebar, terbaca oleh seluruh yang hadir. Acara di mulai.
“Penampilan nasyid sholawat, dari Mahasiswa Fakultas Ekonomi Syari’ah. Muhammad Iqbal Taufik” Seru pembawa acara.
Lantunan sholawatnya merdu sekali. Putri mencubit keras sekali pada Melda.
“Mel, dia bener-bener gila banget. Bagus banget suaranya, itu kaya sholawat yang sering di you tube, yang dibawain Nissa Sabyan” Ucap Putri.
Melda hanya tersenyum, ia tak menceritakan soal tadi malam chattingnya dengan Iqbal.
Acara selesai. Tak sengaja, Iqbal berpapasan dengan mereka berdua. Putri menyikut-nyikut Melda.
“Hai, Bal. Suara lu bagus banget tadi” Ucap Melda.
“Makasih. Hee. Dulu pas di pondok sering latihan, makanya sekarang bisa. Kebetulan aja” Iqbal merendah.
“Eh,kenalin nih. Putri. Temen gue”
“Hai, Putri” Sapa Iqbal. Putri membalas sambal tersenyum, salah tingkah.
Melda menatap Iqbal, ia saling tatap. Bukan tatapan cinta, melainkan mungkin mempersoalkan soal chattingan tadi malam.
“Eh saya pergi dulu ya” Ucap Iqbal.
“Oh iya silahkan. Eh lo masih jomblo kan?” Celetuk Melda.
“Haha. Iya iya, nasib gue nih”
“Semoga lo cepet ketemu jodoh loe ya”
“Oke, Bye”
Selang beberapa saat Iqbal pergi. Putri senang bukan main. Pertama kalinya ia disapa Iqbal itu, tapi ia langsung tersadar dan kembali merasa insecure sama Iqbal. Perasaanya becampur anatara senang sekali dan malu, sedih sekali. Tak lama kemduian HP Melda bersuara, ada notifikasi.
I : Putri cantik juga ya. Gue baru liat dia pake kerudung. Cantik
Pesan itu langsung ia ceritakan kepada putri. Putri kembali senang Bahagia membacanya.Senang sekali walau hanya sebatas pesan WA.
“Ah, tapi gak mungkin si” Celetuk Putri
“Wes, jangan gitu. Put’’
Mereka pulang sehabis acara. Tak kemana-mana dulu, mereka langumg ke rumah.
Dosa Wanita Yang Tidak Memakai Jilbab
Ketika sedang asyik istirahat. Seketika putri melihat judul artikel tersebut. Biasanya ia acuh jika topiknya agama, tapi kali ini ia baca. I abaca secara perlahan, teliti sampai beruang-ulang. Jleb. Tak kuasa ia menahan air mata, ia sedih, nangis. Ternyata ia selama ini salah, ia telah membiarkan dosa untuk ibu – bapaknya. Ia memutuskan untuk berhijab secara perlahan. Ia ceritakan semua ini kepada Melda, sahabtanya yang sudah lebih dulu berhijab.
P : Mel, mulai besok gua mau kaya lu. Gue mulai berhijab, Mel. Ampun gue mewek tadi baca artikel tentang dosa cewe yang gak pake hijab. Alhamdulillah gue dapet hidayah.
M : Alhamdulillah, Put. Tapi, bukan karena Iqbal kan?
P : Ya enggaklah. Mel. Ngapain. Gue gak pernah mau ngerubah sikap gue karena ngejar cowo. Gue mau cowo yang mau nerima gue apa adanya.
M : Syukur kalo gitu. Istiqomah ya.Put.Percaya, ini langkah pertama lu buat jadi lebih baik.
P : Aamiin.
Beberapa lama setelahnya, Putri juga tertarik Gabung HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) di kampusnya. Walaupun udah mau lulus, tapi gak ada yang terlambat. Ia mulai sibuk dengan kegiatan – kegiatan keislaman di HMI.
***
“Gak ada di dunia ini yang sempurna. Nak. Kalau mau pilih perempuan, pilihlah yang baik-baik. Yang baik-baik maksudnya bukan Cuma yang pakaianya Muslimah, ilmu agamnaya tinggi dan sebagainya. Bukan, itu memang betul tapi tak sepenuhnya begitu. Kalau bisa memang begitu, baiknya. Ada dua kemungkinan dalam hal memilih jodoh itu, nak. Pertama, kamu mendapatkan wanita yang agamis, ilmu agamnya tinggi, maka itu beruntung. Dengan begitu kamu akan terbantu oleh wanitamu itu untuk senantiasa ta’at kepada Allah dan menjadi lebih baik. Bisa menjadi penyejuk jiwamu. Karena sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah. Kedua, kamu mendapatkan wanita yang biasa saja, tidak terlalu menonjolkan keagamaanya, tapi berpendidikan. Nah, ini juga beruntung. Itu artinya ia menjadi ladang kamu berdakwah semakin luas. Kamu bisa menjadikan rumah tanggamu kelak sebagai ladang dakwahmu terhadap wanitamu itu. Mengajakya, mengajarinya secara perlahan menjadi lebih baik. Intinya, jangan pernah terlalu pilih-pilih. Siapapun yang menurutmu baik, maka jalanilah. Yang sudah baik syukuri, tapi jika memang belum baik kamu bisa membimbingnya menajdi lebih baik. Semua situasi bisa dikendalikan, semua hal bisa dirubah, asal kita mau dan mampu melakukanya dengan baik dan ikhlas. Semua itu harus ikhlas, ikhlas karena Allah semata” Terang Kyai Sholeh, lewat telpon. Selesainya telpon itu kemudian ditutup.
Nasihat pertama, Iqbal sudah menajalaninya dua kali, keduanya gagal. Tapi ia mencoba memperhatikan nasihat yang kedua itu. Ia langsung teringat putri. Iqbal segera mengambil HPnya.
I : Mel
M : Iya,
I : Gimana Putri sekarang?
M : Gimana apanya?
I : Lu gak boong kan yang chatan dulu. Ceritain dong, gmn aja putri
M : Nggak lah.
Melda lantas menceritakn gimana kehidupan putri, latar belakang pendidikanya, hidupnya, gayanya dan sebagainya. Termasuk yang akhir -akhir ini dia mulai berhijab dan mulai sibuk dengan kegiatanya di HMI.
Iqbal, menangguk-ngangguk. Iya iya saja. Kemudian chat mereka terputus agak lama. Tampaknya Iqbal sedang mikir, ia sedang memikirkan sesuatu, tak lama ia kembali membuka WA menghubungi Melda.
I : Mel, minggu besok gue mau ngelamar Putri.
Pesan pendek itu menghebohkan Melda saat yang tengah maskeran. Ia lupakan maskernya yang luntur karena berdiri saat ia sedang santai terbaring. Melda tidak percaya.
M : Lu jangan main-main Bal I : Gue serius, bantu gue, buat bilang ini ke Putri.
Tak lama Melda langsung menemui Putri ke rumahnya. Putri senang dan Bahagia, sekaligus tak percaya.
“Iqbal serius gak sama gue, Mel” “Kayaknya serius. Gue yakin dia serius” “Mell, mungkin ini jalan buat gue jadi lebih baik. Gue juga mau nerima lamaran dia minggu depan. Bismillah, Mel. Bantu gua ya”
Minggu depanya, lamaran terjadi. Keluarga Iqbal benar datang ke rumah Putri. Iqbal dengan pakaian jas dan kemejanya tampan, Putri mengenakan gamis dan kerudungnya yang masih malu-malu. Putri tampak anggun dan cantik berjilbab. Dua keluarga bertemu, pernikahan tak hanya hubungan dua jiwa, Tapi merupakan proses menghubungkan dua keluarga, dan itu terjadi sebulan setelah lamaran itu. Pernikahan keduanya digelar, Putri tampak senang Bahagia, masih banyak teman-temannya yang belum percaya Putri bisa mendapatkan suami yang begitu rupawan, berpendidikan, beragama dan tampan seperti Iqbal. Iqbal turut Bahagia, ia mewujudkan keinginan Ibunya, setelah ini rencana anak pertama tentu akan diusahakan. Iqbal ingin cepat menghadiahkan cucu untuk Mamahnya, menjalani kehidupan yang harmonis dan Bahagia. Menuju rahmat dan ridhonya Allah SWT.
Di tengah keharmonisan pengantin baru, mereka tinggal di kontrakan Jakarta. Mereka baru saja pindahan, berusaha memisahkan diri dari orang tua, belajar hidup mandiri dan menghadapi kehidupan Bersama. Suasana santai, tiba tiba mereka berdialog.
“Mas, makasih sudah memilihku. Sudah menerima semua kekuranganku dan sudah seberani ini menikahiku. Aku tak seperti Mas, yang masya alloh, luar biasa. Awalnya aku tak percaya, tapi ini semua terjadi nyata dan aku merasa saat ini menjadi orang yang paling Bahagia di dunia ini” Ucap Putri. “Dik, kamu punya kelebihan aku punya kekurangan, kamu punya kekurangan dan aku punya sedikit kelebihan. Mari saling menyempurnakan. Sebetulnya aku tak sebaik yang kau kira, tak sebaik yang kau prasangka, walaupun aku lulusan pesantren, tapi tak selamanya perilakuku baik. Ku juga punya banyak kekurangan dan keburukan, maka mari saling menyempurnakan. Memang di dunia ini tak ada yang sempurna, awalnya aku mencari wanita yang sempurna, tapi ujungnya malah aku tak pernah menemukan kesempurnaann. Ternyata selama ini aku salah, seharusnya aku bukan mencari kesempurnaan, melainkan kekurangan yang nantinya akan kubantu untuk disempurnakan. Aku menemukanmu, aku melihat kau wanita baik-baik, aku tak peduli masa lalumu. ‘Masa lalumu hanya untukmu, dan masa laluku hanya untukku. Tapi kita punya masa depan yang akan kita arungi bersama’ itu kata B,J Habibie. Mari saling mengerti dan menerima kekurangan yang ada. Saling melengkapi dan menyempurnakan. Mungkin aku tak sekolah formal dulu selama SMP dan SMA wawasan umumku kurang, sedang kau lama di SMA, dan kamu punya kelebihan itu, tolong nanti ajariku. Kamu harus merasa percaya diri dan merasa berharga. Sekarang aku bertanggung jawab atasmu, atas hidupmu, hartamu dan kebahagianmu. Mungkin banyak di luar sana wanita yang lebih sholehah, baik, berpengathuan agama dan sebagainya. Tapi aku telah memilihmu, dan aku tak peduli dengan semua itu, yang terpenting kita jalani semua ini Bersama. Jangan merasa malu, jangan merasa tidak percaya diri. Kamu harus percaya scenario kehidupan yang Allah buat akan indah. Jalan kehidupan tak ada yang tahu. Banyak kisah – kisah yang sepertinya tak mungkin tapi nyatanya terjadi. Kisah kita, dongeng kehidupan kita, adalah dongeng dan kisah terbaik menurut kita. Maka mari membuat kisah dan dongeng kehidupan yang baik ke depannya”
Putri menangis mendengar nasehat suaminya itu. Ia lantas memeluk erat dan saling bergengggaman tangan.
“Makasih, Mas” Putri melanjutkan. “Mas, kau kan jago agama. Kalau boleh coba ceritakan maksud dari surah At-tin ayat 4. Sudah lama aku ingin menanyakan ini” “Sebaik-baik manusia yang Allah ciptakan adalah kamu dalam hidupku” “Ah, Gombal. Serius mas. Terangkanlah”
Kemudian Iqbal menjelaskan, lengkap dengan tafsir dan kandungan ayatnya.
Ditulis di Ciamis 7 – 8 Desember 2021
Awalnya di sekretariat, selesainya di Lorong masjid pukul 03.15 dini hari
Untuk siapapun yang selalu menganggap bahwa kesempurnaan adalah segala – galanya
Catatan Penulis