Apa itu kitab kuning?
Kitab kuning adalah salah satu kitab klasik yang memiliki peran penting dalam tranformasi ilmu agama. Pengkajian kitab kuning di pondok pesantren di Indonesia sudah menjadi tradisi bagi para santri sejak dahulu. Kitab kuning menjadi salah satu warisan para ulama salaf terdahulu. Kitab kuning ditulis sejak beberapa abad yang lalu, jadi wajar saja kalau kitab kuning disebut kitab klasik. Selain itu kitab kuning juga identik dengan pondok pesantren yang merupakan pola Pendidikan khas agama islam. Mungkin sudah tidak asing lagi di telinga para santri mengenai kitab kuning. Pada umumnya setiap pesantren di Indonesia mengkaji kitab kuning. Termasuk di pondok pesantren Daarul Ma’arif yang berada di Ciwahangan Imbanagara Ciamis.
Meskipun pesantren ini pesantren modern, dan dikenal dengan program unggulan dua Bahasanya (Arab Inggris), pondok ini juga tetap mempertahankan tradisi pengkajian kitab kuning (kitab klasik). Bahkan sejak awal berdirinya pesantren ini, kitab kuning sudah menjadi takhosus. Dengan adanya takhosus kitab santri bisa lebih memperdalam lagi dalam kajian kitab kuningnya. Adapun kitab-kitab yang dikaji di pesantren ini antara lain:
- Kitab Fathul Majid (Tauhid)
- Kitab Fathul Qorib (Fiqh)
- Kitab Mabadiul Awwaliyah (Ushul Fiqh)
- Kitab Tafsir Jalalaen
- Kitab Bulughul Maram (Hadis)
- Kitab Ta’lim Muta’alim
- Kitab Riyadlu Sholihin
Kitab-kitab kuning ini diajarkan kepada para santri dengan cara yang klasik juga, yaitu dengan cara ngaji bandongan dan sorogan. kyai yang mengajarkan kitab kuning tersebut seperti kyai Drs. H. Suyono, M.Si. yang dikenal dengan kewibawaan dan keilmuannya yang luas, beliau memiliki keunggulan dalam berbahasa terutama dalam Bahasa Arab. Bukan hanya memiliki keunggulan dalam berbahasa Arab beliau juga paham dengan tata bahasanya seperti ilmu nahwu dan shorof . Karena beliau mahir dalam Bahasa Arab pastinya beliau sudah tidak merasa asing lagi dengan yang namanya kitab kuning. Beliau mengajarkan para santri dengan cara lemah lembut dan penuh kehati-hatian. Dan para santri pun terlihat begitu antusias dalam mengikuti pengkajian kitab kuning.
Namun tidak sedikit santri yang tidak bisa membaca kitab kuning, karena kitab kuning ditulis tanpa harokat (gundul) jadi bagi para santri yang tidak memiliki basic Bahasa arab dan ilmu nahwu shorof akan sangat kesulitan dalam membacanya. Karena satu-satunya cara untuk bisa membaca kitab gundul adalah dengan memahami Bahasa arab dan nahwu shorof, jadi mau tidak mau santri harus memahami Bahasa arab dan nahwu shorof jika ingin bisa membaca kitab kuning. Tetapi tenang saja, Bahasa Arab dan nahwu shorof tidak sulit untuk dipelajari. Untuk mempermudah cara mempelajarinya, di pondok pesantren ini menerapkan metode tamyiz. Dengan metode tersebut santri akan mudah dalam mempelajari Bahasa arab dan ilmu nahwu shorof.
Metode tamyiz tidak akan membuat santri merasa jenuh dan bosan, karena semua materi yang ada di dalam metode tersebut semuanya disajikan dalam bentuk lagu-lagu. Metode ini sangat cocok bagi santri pemula yang ingin menguasai Bahasa Arab dan nahwu shorof.
Dengan demikian, pengkajian kitab kuning di podok pesantren ini akan semakin berkembang dan lebih banyak diminati santri. Di pondok ini juga diterapkan metode tamyiz. Bagi siapa saja yang mau mempelajarinya silahkan untuk bergabung.
Banyak metode atau cara agar bisa membaca kitab kuning dengan mudah dan cepat. Apapun itu metodenya, tujuannya sama yaitu untuk melsetarikan warisan literasi klasik dan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur yang diwariskan para ulama salaf terdahulu. Banyak yang beranggapan bahwa mengkaji kitab kuning itu tidak penting dan kesannya itu kuno atau ketinggalan zaman. Memang kitab kuning itu kitab klasik yang kuno, tetapi tidak ada salahnya mengkaji kitab kuning di zaman yang modern ini . Karena ilmu-ilmu yang ada di dalam kitab kuning itu sifatnya masih murni, dan banyak pesan-pesan yang tersirat didalamnya. [Muhammad Faqih]***