Search

Standar Amal dalam Pemaknaan Kalimat Tauhid

Sumber Gambar newwallpapershd

Kalimat tauhid merupakan kalimat yang sering kita ucapkan dan kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan kadang sebagian kita mengucapkan kalimat itu secara spontan atau tidak sengaja saat melihat sesuatu yang kita sukai dan saat musibah menimpa sebagian dari kita. laa ilaha illallah muhammadur rosululloh dikatakan sebagi kalimat tauhid karena maknanya telah mencakup pokok dari ajaran islam yang membedakan antara islam dan agama samawi lainnya.

Makna Kalimat ‘Laa ilaaha Illallah’

Dalam kalimat “laa ilaha illallah” tercermin pengesaan Allah swt dalam hal keimanan dan ubudiyyah,pengesaan Allah swt sebagai pencipta pengatur alam semesta dan satu-satunya dzat yang berhak disembah,berbeda halnya dengan ummat Nasrani yang meyakini trinitas dalam peribadatannya. Keyakinan akan adanya tiga dzat yang disembah dalam kehidupan ini.

Makna Kalimat kedua, ‘Muhammadur Rasulullah’

“muhammadur rosululloh’ kalimat kedua ini mengandung separuh pokok ajaran keimanan ajaran islam. Kalimat ini juga menjadi penyempurna keimanan akan kalimat sebelumnya, dimana tidak bisa dikatakan seseorang itu beriman jika belum mengimani Nabi Muhammad SAW sebagai utusannya dan beramal diluat dari apa yang diajarkan olehnya semasa hidupnya. Ummat Yahudi mengimani Allah dan mengesakannya sebagaimana apa yang diyakini oleh ummat islam. Akan tetapi mereka meninggalkan separuh pokok ajaran yaitu kalimat kedua ini. Mereka tidak meyakini akan kandungan kalimat kedua dalam keimanan mereka. Banyak sejarawan yang menuliskan dalam buku sirah (Sejarah) mereka akan kebencian ummat yahudi kepada Nabi Muhammad saw dengan berbagai alasan apapun. Sebagaimana yang dituturkan pendeta Buhaira kepada Abdul Muthollib,begitu juga pengkhianatan Bani Yahudi Madinah pada perang ahzab.

Tak hanya sebatas itu rupanya, jika dicermati lebih dalam kalimat tauhid bukan hanya pembeda teologi agama islam dan agama lain. Akan tetapi makna kalimat tauhid lebih jauh lagi juga sebagai standar atau syarat dimana amal perbuatan seorang hamba dikatakan sah atau diterima.

Kalimat Tauhid ‘Laa ilaaha Illallah’ Menuntut Keikhlasan

Kalimat “laa ilaha illallah” memberi makna bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT,makna ini juga menuntut keikhlasan seorang hamba dalam amalnya dengan meyakini tidak adanya tuhan selain Allah swt maka seorang hamba dalam melakukan perbuatan tidak akan mengharap sesuatu lain kecuali diterimanya amalnya oleh Allah SWT. Inilah makna ikhlas yang menjadi syarat pertama suatu amalan diterima oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an :

مَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ ۝٥

Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).

Kemudian, Nabi muhammad saw bersabda dalam hadistnya

ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Artinya: “Seluruh amal perbuatan tergantung pada niat. Setiap orang memperoleh apa yang ia niatkan. Siapa saja yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa saja yang hijrahnya karena dunia yang akan diperoleh atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya hanya memperoleh apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kalimat ‘Muhammadur Rasulullah’ Menegaskan ajaran Islam telah Sempurna

Kalimat ke dua “muhammadur rosululloh’ menegaskan syarat kedua agar amal dapat diterima Allah SWT yaitu Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. yang telah menyampaikan segala perintahnya dengan lengkap dan sempurna. Pemaknaan ini akan menegaskan bahwa ajaran islam ini sudah sempurna dan lengkap dan tidak ada seorang pun yang bisa menambah atau mengurangi ajaran islam. Konsep ini lah yang nantinya melahirkan pemahaman akan haramnya bid’ah dan sunnah. Dalam hadist nya Nabi Muhammad saw bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim)

Perbuatan baik dalam agama islam jika tidak dicontohkan oleh nabi muhammad saw akan ditolak yakni tidak akan diterima dan jika pelakunya mengetahuinya dan tetap dikerjakan maka akan mendapat dosa.

Syarat amal seorang hamba diterima oleh Allah swt adalah ikhlas dalam beramal dengan tidak mengharapkan imbalan apapun selain dari Allah swt dan mengerjakan amalan tersebut sesuai tuntunan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw yang bisa kita lihat dalam siroh perjalanan hidupnya dan hadist-hadist yang ada dalam kitab-kitab para ulama. Wallahu a’lam bishowab.

BAGIKAN

REKOMENDASI

Kirim Kami Pesan