Konsep bahwa pikiran kita memiliki kekuatan untuk membentuk realitas kita telah menjadi topik pembahasan yang mendalam dalam berbagai konteks, dari filsafat hingga psikologi. Ungkapan “kamu adalah apa yang kamu pikirkan” merangkum esensi dari keyakinan ini, menunjukkan bahwa pandangan kita terhadap dunia, diri kita sendiri, dan situasi di sekitar kita sangat dipengaruhi oleh pola pikir dan persepsi kita.
Pada dasarnya, pandangan ini menyiratkan bahwa pikiran kita memiliki kekuatan untuk membentuk realitas kita sendiri. Jika kita memusatkan pikiran pada hal-hal positif, kita cenderung melihat dunia dengan lebih optimis dan mampu menarik pengalaman positif dalam hidup kita. Sebaliknya, jika pikiran kita didominasi oleh negativitas dan ketakutan, kita mungkin cenderung melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang lebih pesimis, yang dapat memengaruhi pengalaman hidup kita secara keseluruhan.
Seperti dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu berdo’a, apapun yang kita minta hendaknya kita usahakan dengan diiringi do’a kepada Sang Pemilik segalanya. Seperti dalam sebuah hadis disebutkan:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –، قَالَ : (يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hambaKu. Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia mengingatKu saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diriKu. Jika ia mengingatKu di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
Allah swt Maha Baik, tiada yang menandingi kebaikan-Nya, berprasangka berarti mengikut sertakan pikiran dan perasaan, prasangka ada dimulai dari pikiran kita memutuskan untuk berprasangka baik atau buruk, itu mempengaruhi pola kehidupan kita. Yakinkan dalam hati dan pikiran bahwa harapan-harapan kita akan dikabulkan, dalam bentuk apapun itu tetaplah berpikir positif. Namun, penting untuk diingat bahwa konsep ini bukanlah semacam “sihir” yang bisa mengubah segalanya secara instan. Kekuatan pikiran bukanlah tentang mengabaikan realitas atau menganggap bahwa hanya dengan berpikir positif segala sesuatu akan berubah menjadi sempurna. Sebaliknya, ini lebih tentang pengakuan akan kekuatan yang dimiliki oleh cara kita berpikir dalam membentuk sikap dan tindakan kita.
Mindset kita tentunya sangat penting disini, dapat menghadirkan energi dari dalam pikiran kita baik positif maupun negatif. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “Law of Attraction“, adalah konsep dalam filsafat dan psikologi populer yang menyatakan bahwa pikiran seseorang dan fokusnya dapat memengaruhi hasil dari pengalaman hidupnya.
Dr. Fahruddin Faiz dalam kajian filsafatnya menyebutkan ada enam cara menju Law of Attraction:
- Mintalah apa yang engkau inginkan
- Percayalah bahwa yang engkau minta/inginkan akan terjadi
- Bersiaplah untuk menerima terkabulnya apa yang engkau minta
- Bayangkan keberhasilan itu didalam pikiranmu dan engkau akan mengalaminya dalam kehidupan nyata
- Bersyukurlah terhadap apa yang kamu miliki saat ini sehingga engkau mampu dan siap menerima lebih banyak
- Rencanakan dan usahakan langkah langkah untuk menarik apa yang engkau inginkan
Dalam prakteknya, kesadaran akan kekuatan pikiran ini dapat membawa dampak yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dengan mempraktikkan pola pikir yang positif dan optimis, seseorang mungkin akan lebih termotivasi untuk mengejar tujuan mereka, lebih tangguh dalam menghadapi tantangan, dan lebih mampu mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin mereka hadapi.
Namun demikian, penting untuk diingat bahwa kekuatan pikiran bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan atau kebahagiaan seseorang. Ada banyak variabel lain yang juga berperan dalam membentuk pengalaman hidup kita, termasuk faktor lingkungan, sosial, dan genetik.
Dengan demikian, sambil menghargai kekuatan pikiran, kita juga perlu menjaga keseimbangan dalam pandangan kita terhadap dunia. Mengakui kekuatan pikiran kita bukan berarti mengabaikan realitas atau menyalahkan diri sendiri jika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan. Sebaliknya, itu adalah panggilan untuk mengambil kendali atas pola pikir kita dan menggunakan kekuatan tersebut untuk membantu kita mencapai potensi terbaik kita dalam hidup ini.