Kita meyakini, bahwa kehadiran teks tulisan telah membawa peradaban ke arah perbaikan, perubahan dan ide gagasan, yang melahirkan naskah-naskah lainnya secara turun temurun untuk dikonsumsi oleh berbagai generasi. Perkembangan signifikan dihasilkan, oleh karena teks-teks yang ditulis, digagas dan direpresentasikan kepada realisasi-realisasi yang menghasilkan suatu karya. Yang disebut dengan karya tak berhenti saat naskah itu selesai ditulis. Tapi naskah telah benar-benar menjadi karya yang nyata, apabila isi dari naskah tersebut teraplikasikan kepada kehidupan yang nyata.
Ketika naskah dibaca, kemudian seseorang menjadi lebih semangat menjalani kehidupannya, itulah karya. Ketika naskah ditulis, kemudian pembacanya tergerak melakukan perubahan-perubahan yang nyata, menghasilkan sesuatu dan atau menjadi obat solusi atas permasalahan yang problematic, itulah sebenar-benar karya. Naskah itu seperti listrik. Ia memiliki aliran yang dengannya lampu menjad menyala dan menghasilkan Cahaya, mesin menyala dan kegiatan produksi terus bersirkulasi. Oleh karena itu, naskah dibuku-kan hingga menjadi tumpukan buku, menghidupkan industri literasi. Naskah dituliskan untuk dihafal yang kemudian penghafalnya tampil di depan kamera, hiduplah industry layar kaca, media social, you tube dan yang lainnya.
Namun naskah bukan apa-apa tanpa Bahasa. Asas atau kerangka dasar dari naskah itu sendiri adalah rangkaian-rangkaian kata yang berbahasa, yang setiap katanya punya makna, setiap kalimatnya punya warna dan di setiap paragrafnya menjadi suasana. Maka Bahasa-bahasa di dalam teks dan naskah, baik yang ditulis saat ini atau di zaman dahulu kala, tetap dipertahankan dan dipelajari. Filologi membahas lengkap tentang seluk beluknya, Sejarah, kejadian, peradaban dan singkap-singkap tabir lama yang terpendam dahulu, hingga akhirnya terungkap kemudian.
Betapa kita melupakan satu kehidupan di atas kertas. Di atas olahan kayu yang menjadi lembaran, yang ditulis oleh tinta, tapi kemudian menciptkan yang dinamakan ‘Peradaban’