Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan signifikan telah terjadi dalam distribusi peran gender, baik di rumah maupun di tempat kerja. Tradisionalnya, dapur dikenali sebagai ‘wilayah’ perempuan, sedangkan ruang direksi dianggap sebagai domain laki-laki. Namun, perubahan pola pikir sosial dan ekonomi telah menyebabkan peningkatan persaingan di antara gender dalam berbagai bidang, termasuk tempat yang paling intim dan profesional.
Saya menggunakan kedua ruang tersebut untuk menggambarkan bahwa budaya tradisional menjadikan kedua ruang itu sebagai tempat yang dikodratkan pada jenis kelamin manusia. Namun, di sini saya akan menekankan sebelumnya bahwa kedua ruang itu hanya tempat manusia melakukan aktifitas, bukan sebagai identitas yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Menghapus Batasan di Dapur
Dapur, yang secara historis dianggap sebagai pusat operasional domestik bagi perempuan, telah mengalami transformasi. Laki-laki kini lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak dan tugas-tugas rumah tangga, termasuk memasak. Figur-figur seperti Jamie Oliver dan Gordon Ramsay telah mempopulerkan citra laki-laki di dapur, menunjukkan bahwa memasak tidak hanya tentang memenuhi kebutuhan dasar tetapi juga tentang keahlian, kreativitas, dan gairah.
Faktanya, banyak laki-laki yang justru karir kesuksesannya di ruang dapur. Seperti mengambil peran dan karir di bidang chef dan peresepan kulinner khas lainnya. Selama yang dilakukan kebaikan dan aktifitas positif apakah itu salah? Apakah itu akan menjatuhkan harkat dan martabat dari laki—laki itu?
Yah, saya katakan tidak menjatuhkan harkat martabat dari laki-laki. Karena tempat bukan identitas yang melekat pada jenis kelamin tertentu, melainkan sebagai sarana dalam berkegiatan.
Mendobrak Pintu Ruang Direksi
Di sisi lain, ruang direksi, yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki, kini mulai melihat peningkatan jumlah perempuan dalam peran kepemimpinan. Wanita seperti Indra Nooyi, mantan CEO PepsiCo, dan Mary Barra, CEO General Motors, adalah bukti bahwa perempuan tidak hanya mampu menduduki peran tinggi, tetapi mereka juga dapat memberikan perubahan signifikan dan inovasi dalam industri yang didominasi laki-laki.
Oke, dobrakan ruang direksi bukan hal yang mustahil. Karena kembali lagi karir dan pekerjaan adalah sebuah pilihan. Jika peran wanita dapat diseimbangi dengan perannya di luar rumah dan berkarir, kenapa tidak? Kenapa hal yang demikian dipersoalkan, sementara konteks ruang dan suatu tempat bukan sesuatu identitas bagi gender tertentu. Sehingga siapa pun bisa berkarir di ruang mana pun.
Tantangan dan Kemajuan
Meskipun kemajuan ini patut dirayakan, tantangan tetap ada. Stereotip gender masih berpengaruh besar dalam karir banyak orang. Wanita sering kali harus membuktikan kemampuan mereka secara berlebihan di tempat kerja, sementara laki-laki yang memilih karir di bidang yang dianggap ‘feminin’ seperti perawatan anak atau keperawatan, sering kali menghadapi prasangka dan diskriminasi.
Lebih lanjut, keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi menjadi tantangan, terutama bagi perempuan yang diharapkan untuk tetap memegang tanggung jawab besar di rumah sambil mengejar karir yang membutuhkan waktu banyak. Organisasi mulai mengakui kebutuhan untuk kebijakan yang lebih inklusif dan mendukung, seperti cuti hamil yang lebih panjang dan fleksibilitas kerja, yang memberikan manfaat tidak hanya untuk perempuan tetapi juga laki-laki yang ingin terlibat lebih banyak dalam kehidupan keluarga.
Melihat ke Depan
Perubahan ini membuka jalan bagi generasi mendatang untuk mendefinisikan kembali peran gender tanpa dibatasi oleh stereotip kuno. Pendidikan dan kesadaran tentang kesetaraan gender dapat mempercepat penghapusan stigma yang terkait dengan pilihan karir tertentu. Dengan menantang norma yang sudah usang dan terus mengadvokasi kesetaraan, kita bisa mendukung dunia di mana kata ‘dapur’ dan ‘direksi’ tidak lagi mengindikasikan jenis kelamin, tetapi hanya menggambarkan ruang tempat individu bisa berkembang.
Perubahan ini bukan hanya tentang memindahkan perempuan dari dapur ke ruang direksi, tetapi juga tentang membuka kesempatan bagi semua orang untuk memilih jalan mereka sendiri tanpa takut akan penilaian atau diskriminasi.