Search

Benarkah Abu Hurairah Perawi Hadits Terbanyak?

ليس أحد من أصحاب النبي ص.م. أكثر حديثا عن رسول الله ص م مني الا عبد الله بن عمرو بن العاص فإنه يكتب ولا أكتب (رواه الترميذي)

Tidak ada seorangpun diantara sahabat nabi yang lebih banyak hafal hadist dariku kecuali Abdullah bin Amr bin al-‘Ash (H.R Tirmidzi)

Sebelum membahas makna dari perkataan Abu Hurairah R.A. di atas, agaknya ada beberapa perkara yang harus dimengerti terlebih dahulu:

  • Hadist ini termasuk kategori hadits mauquf, yang mana lafadz haditsnya dari sahabat Nabi SAW. (bukan dari Nabi)

الموقوف فهو: ما أضيف إلى الصحابة من قول أو فعل أو تقرير، سواء كان السند متصلاً أو منقطعا

“Hadist mauquf adalah perkataan,perbuatan atau posisi diamnya yang dinisbatkan kepada sahabat bersambung sanadnya atau tidak”.
  • Fakta: yang ada di dunia sekarang bertolak belakang dengan apa yang Abu Hurairah R.A. katakan di atas, bahkan para ulama menjumpai bahwa Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist dari Nabi SAW. dengan meriwayatkan 5.374 hadist Nabi, yang kemudian dinadzomkan oleh sebagian ulama:

المكثرون من رواية الأثر • أبو هريرة يليه إبن عمر

و أنس و البحر كالخدري • و جابر و زوجة النبي

  • Hadist diatas memakai pengecualian (الإستثناء) dalam lafadz

أكثر حديثا عن رسولاللهص م مني الا عبداللهبن عمرو

Dalam kaidah istitsna’ dalam Bahasa Arab, istitsna’ dibagi menjadi dua macam.
Pertama: istisna’ mutasil yaitu tatkala sesuatu yang dikecualikan (mustatsna) bagian dari sesuatu yang dikecualikan (mustatsna minhu). Sebagai contoh:

جاء القوم الا زيدا

Zaid merupakan salah satu anggota dari kaum yang datang“.

Kedua: ististna’ munqothi’ yaitu tatkala sesuatu yang dikecualikan (mustatsna) bukan bagian dari sesuatu yang dikecualikan (mustastna minhu). Sebagai contoh :

جاء القوم الا أنعامهم

Hewan ternak bukan bagian dari suatu kaum, karna kaum adalah sekumpulan manusia bukan hewan”.

Lalu apa maksud dari perkataan beliau yang di atas? Dilihat dari ististna’ didalam hadist tersebut maka dapat diambil beberapa kemungkinan dalam maknanya:

Pertama: pengecualian (istitsna) dalam hadist tersebut adalah istitsna’ munqothi’ yang bermaksud untuk menyanjung Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, bukan untuk menunjukkan bahwa beliau lebih banyak hadistnya dari pada Abu Hurairah

Kedua: pengecualian (ististna) dalam hadist tersebut adalah ististna’ mutasil yang bermakna bahwa memang Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash lebih banyak hafal hadist dari pada Abu Hurairah, akan tetapi faktanya riwayat Abu Hurairah-lah yang paling banyak dijumpai, kenapa bisa terjadi seperti ini?
Ulama mengatakan sebab-sebab tersebut adalah

  1. Setelah meninggalnya Nabi SAW., Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash memfokuskan dirinya keperibadatan kepada Allah SWT., tidak untuk mengajar atau menyampaikan hadist. Lain halnya dengan Abu Hurairah, yang mana beliau mengajar dan menyampaikan hadist Nabi SAW.
  2. Abu Hurairah mendapat barokah dari doa Nabi SAW. bahwa beliau tidak akan lupa akan hadist yang beliau hafal, berbeda halnya dengan Abdullah bin ‘Amr bin Al-Ash yang juga seorang manusia dan memungkinkan lupa akan hadist yang beliau hafal dari Nabi SAW.
  3. Pada zaman kekhalifahan Umar bin Al-Khattab, Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash pindah ke Mesir bersama dengan ayahnya (‘Amr bin al-‘Ash) yang tatkala itu menjadi gubernur di sana atas penunjukan khalifah Umar bin Khottob yang kemudian kurangnya penuntut ilmu pada zaman itu di Mesir, berbeda halnya dengan di Madinah yang mana dipenuhi oleh pencari ilmu Agama Islam.

Wallahu a’lam

BAGIKAN

REKOMENDASI

Kirim Kami Pesan