Search

Di Jakarta (1) : Perbedaan Bukan Batasan

Foto: Salah satu Stasiun MRT di Jakarta
Foto: Salah satu Stasiun MRT di Jakarta

Museum Bank Indonesia

Cerita ini dimulai dengan jadwal kegiatan Outdoor Britzone, salah satu komunitas belajar bahasa inggris yang terbuka untuk siapapun. Biasanya kelas diadakan di Perpustakaan Kemendikbudristek, yang sekarang berubah nama menjadi Kemendikdasmen. Di sekitaran Jalan Sudirman. Kelas terbuka untuk siapapun, Anak korporat, para pelajar atau warga jakarta yang ingin belajar bahasa inggris. Biasanya ditetapkan satu tema yang akan dibahas, dengan satu pemateri yang mempresentasikan topik yang dibahas. Kemudian dilanjut dengan diskusi bagi kelompok. Di setiap kelompok kami akan dibimbing oleh satu mentor yang akan memimpin jalannya diskusi, yang pastinya Of course harus berbahasa inggris.

Namun kali ini berbeda, kelas diadakan hari minggu di Museum Bank Indonesia. Di kawasan kota Tua Jakarta. Kelasnya tentu berbeda, dipadukan dengan berkunjung mengelilingi museum kami dibagi beberapa kelompok. Dipimpin oleh satu mentor untuk menjalankan misi yang ditugaskan. Misinya mencari tulisan – tulisan berbahasa inggris seperti Quote – quote yang ada di dalam museum. Kemudian kami wajib berfoto dengan quote tersebut. Seru dan menarik.

Mas Adi dari Kuningan

Di dalam kelompok hampir semua perempuan. Hanya ada tiga pria, saya, mas adi dan satu lagi saya lupa namanya. Tapi yang lebih akrab adalah Mas Adi. Mas Adi orang kuningan, lulusan Sarjana Biologi ITB dan Magister Bioteknologi ITB. Kami berkenalan dan berbincang, beliau ternyata satu suku dengan saya, suku Sunda. Jadi sesekali kita berbicara bahasa sunda. Beliau jauh senior di atas saya. Kulitnya putih, badanya agak gemuk dan ramButnya botak tapi agak tebal. Sepanjang menjalankan misi di museum kami berbincang banyak hal. Sometime berbahasa inggris kadang bahasa indonesia.

Selesai menjalankan misi, berkumpul, berfoto dan menutup kelas minggu ini semuanya bubar. Kelompok kami dan mentornya memilih tidak langsung bubar, tapi makan terlebih dahulu. Soal makan apa kami berdiskusi dulu, ada yang memberi ide makan baso, warteg dan lainnya. Tapi kami sepakat makan di KFC persis samping Batavia Kafe di kota Tua. Kami berenam, tiga pria dan tiga wanita. Mba Angel salah satunya, non muslim keturunan China yang gayanya ceplas-ceplos. Tapi seru dan asyik. Ia berdebat panjang dengan temannya soal jenis menu makanan apa yang akan dipesan. Lama sekali. Dan ujung-ujungnya memesan menu yang tak jauh beda yang kami pesan.

Pulang dengan KRL

Seusai makan, kita semua sepakat untuk pulang ke rumah masing-masing. Saya dan mas adi yang kebetulan searah pulang bareng menggunakan KRL. Naik di stasiun Kota ke arah Bogor, kami menaiki KRL dan duduk di kursi panjang yang kosong. Kami berbincang lagi. Mas Adi bercerita tentangnya yang hampir menikah tapi gagal gara-gara kesepakatan tiket konser. Jadi calon istrinya menuntut jika nanti sudah menikah untuk selalu nonton konser jika ada konser di sekitaran Jakarta. Hal ini tentu memberatkan Mas Adi yang penghasilannya belum seberapa. Mas Adi bekerja di Perusahaan Swasta Riset Kesehatan. Ia menghitung bahwa penghasilannya gak akan cukup intuk memenuhi itu. Apalagi tidak mungkin jika ia harus membiarkan calon istrinya nonton konser sendirian, pastinya ia harus menemani dan itu tiketnya double. Karena permintaan itu tak bisa dipenuhi akhirnya Mas Adi gagal menikah.

Akan tetapi, betapa terkejutnya saya ketika tahu ternyata Mas Adi seorang Non-Muslim. Ia bercerita ketika menyebut Mba Angel yang non-muslim tadi mencoba mencocokan denganya, tapi ternyata mereka juga berbeda. Mba Angel Kristen Protestan dan Mas Adi Kristen Katolik. Saya terkejut karena dari awal bertemu Mas Adi beliau seperti orang muslim pada umumnya. Berbicara Sunda biasa, kemudian sesekali mengucap Bismillah, alhamdulillah tapi ternyata beliau seorang Kristen. Saya kaget dan terkejut.

Tapi ternyata saya menyadai tentang keberagaman yang ada dinegeri ini. Indonesia bukan Islam saja, tapi juga untuk mereka diluar itu. Tak mengapa kita mengambil pelajaran dari siapapun, asalkan itu baik tapi tidak merusak akidah dan kepercayaan kita sebagai muslim. Keberagaman bukan batasan.

Penulis : Chandra Nurpadilah

BAGIKAN

REKOMENDASI

Kirim Kami Pesan